usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Senin, 18 Januari 2016



 

Tak Pernah Gentar Berubah:
Narasi Panjang Sejarah Fisipol UGM 1955-2015
Penulis: Ana Nadhya Abrar
Penerbit: Fisipol UGM
             Tahun Terbit: 2015
231 hal + xxi

Setiap tanggal 19 Desember, UGM memperingati hari jadinya. Pada hari itu, UGM mengadakan rapat dengan acara tunggal: laporan tahunan Rektor UGM. Dalam rutinitas semacam itu, sivitas akademika UGM bisa memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana UGM selama setahun. Dengan begitu, mereka bisa mengetahui prestasi dan reputasi UGM selama setahun. Harapannya, tentu saja, rasa memiliki mereka terhadap UGM makin besar.
Tanggal 19 Desember 2015 ternyata tidak hanya diperingati oleh sivitas akademika UGM, tetapi juga oleh sivitas akademika Fisipol UGM. Sekalipun ia lahir pada 19 September 1955, puncak peringatan hari jadinya yang ke-60 (Lustrum XII) dilakukan pada 19 Desember 2015 malam. Salah satu acaranya adalah peluncuran buku Tak Pernah Gentar Berubah: Narasi Panjang Sejarah Fisipol UGM 1955-2015.
 Bagaimana tidak gentarnya Fisipol UGM berubah? Jawabannya bisa diperoleh dalam buku tersebut. Namun, sebagai informasi awal, simaklah daftar isi buku itu:
Prolog: Tak Pernah Gentar Berubah
I.            Menghasilkan Pegawai Pemerintah (1948-1957)
II.          Memperluas Medan Perjuangan (1957-1965)
III.       Berpartisipasi Menciptakan Kekuatan Nasional (1965-1973)
IV.         Mengusahakan Transformasi Masyarakat (1973-1982)
V.            Mengawal Pembangunan (1982-1998)
VI.         Memperkuat Civil Society (1998-2002)
VII.      Mempertimbangkan Globalisasi (2002-2010)
VIII.    Menemukan Kembali Tantangan-Tantangan Esensial
Epilog: Ujian Karakter
Kutipan daftar isi ini menggambarkan bahwa Fisipol UGM akan menyajikan berbagai bukti bahwa ia tidak pernah gentar dengan perubahan dan konteks perubahan yang terjadi. Konteks ini termaktub dalam buku. Soalnya, perubahan itu tidak akan bermakna tanpa  diletakkan dalam konteks.
Benarkah kenyataan itu tertulis dalam buku? Tentu Anda yang bisa menjawabnya. Maka, bacalah buku ini.***
Rejodani, 31 Desember 2015.


0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.