usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Rabu, 02 April 2014



Melampaui Panggilan Tugas
Beyond The Call of Duty
Tony Agus Ardie
Editing dan Supervisi: Sri-Edi Swasono
Penulis: Ana Nadhya Abrar dan Tuti Widiastuti
Penerbit: Yayasan Hatta, Jakarta
Tahun Terbit: 2010


Buku ini merupakan proyek pertamaku menulis otobiografi tokoh. Aku mendapat proyek ini atas rekomendasi salah seorang penguji tesisku, Prof. M. Alwi Dahlan, Ph.D. Tentu saja aku senang mengerjakannya. Aku bisa mencurahkan segala pengetahuanku tentang jurnalisme dalam menyelesaikannya.
Namun, sebagai penulis pemula, aku punya banyak kelemahan. Di lain pihak, tokoh yang kukisahkan punya language taste dan self editorship yang bagus. Akibatnya, aku harus didampingi oleh penulis lain dalam menyelesaikan proyek ini. Lebih dari itu, aku juga disupervisi oleh Prof. Dr. Sri-Edi Swasono (SES).
Otobiografi ini terdiri atas 32 bab. Seluruh bab mencakup seluruh perjalanan hidup Tony Agus Ardie (TAA) dan pergumulannya dengan nasibnya. Semua perjalanan hidup dan pergumulan TAA dengan nasibnya dikisahkannya kepada penulis. Penulis mengisahkannya sesuai dengan alur yang sudah disepakati, karakter yang tersedia, motif yang mungkin, kronologi yang diinginkan TAA dan setting yang ada. Hasilnya kemudian diserahkan kepada TAA untuk diedit. Setelah lolos dari TAA barulah diserahkan kepada SES.
Dari proses ini, terlihat nyata bahwa pekerjaan menerbitkan otobiografi TAA merupakan pekerjaan kolektif. Semua yang terlibat dituntut untuk bersedia mendengarkan saran TAA dan SES. Semua harus berbesar hati untuk menerima kritik demi hasil yang diangankan TAA. Hasilnya memang lengkap. Ia bisa menjadi sebagai catatan sejarah lengkap keluarga besar TAA. Tegasnya, anggota keluarga besar TAA tidak akan kepaten obor lagi tentang sejarah sesepuh mereka.
Judul otobiografi TAA di atas bukan ditambah-tambahi dan bukan pula dikurang-kurangi. Dari sebagian besar perjalanan hidupnya, TAA selalu ingin mengusahakan kebahagiaan rakyat kecil, terutama mereka yang berada di desa-desa, dengan merealisasikan sumber daya ekonomi dan ekonominya. Sekalipun mengetahui bahwa itu bukan tugas resminya, dia tetap saja ingin mewujudkannya. Dia merasa tak pantas menikmati karuniai Ilahi, sementara rakyat kecil tetap tidak mendapat tempat yang layak di negeri ini.***
Rejodani, 31 Maret 2014.

1 komentar:

  1. Jadi penasaran tentang biografi Tony Agus Ardie. Bagaimana cara dapat buku ini pak?

    BalasHapus

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.