usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Kamis, 01 Mei 2014

Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan
Penulis: Ana Nadhya Abrar
Penerbit: Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Tahun Terbit: 1997




Pak Atmaksumah (Atmakusumah Astraatmadja), sebelum menjadi Ketua Dewan Pers, pernah berjumpa dengan diriku di Hotel Mutiara, Yogyakarta. Waktu itu dia menjadi pembicara dalam sebuah seminar tentang pers Indonesia, sedangkan diriku hanya pendengar yang baik saja. Namun, entah mengapa, setelah mengenal diriku, dia mendatangiku dan memberikan apresiasi tentang buku ini.

Tentu saja aku senang. Aku pun berterima kasih kepada Pak Atmakusumah. Namun, Anda jangan lantas berpendapat bahwa buku ini bagus. Bisa jadi Pak Atmakusumah hanya ingin menyenang-nyenangkan diriku saja. Bisa jadi pula dia menjadikan apresiasi itu sebagai pintu masuk untuk berinteraksi lebih luas lagi dengan pemerhati pers di Yogyakarta. Itulah sebabnya Anda perlu mengkonfirmasikan pendapat Pak Atmakusumah di atas dengan isi buku ini.

Buku yang kupersembahkan buat Prof. Koesnadi Hardjasoemnatri, S.H., M.L. ini terdiri atas empat bagian, yakni, Bagian I Mengungkap Rahasia Berita, Bagian II Memahami Dunia Wartawan, Bagian III Menelusuri Kondisi Khalayak, dan Bagian IV Memantau Perkembangan Media.Dari sini diharapkan muncul inspirasi untuk membangun jurnalisme yang ideal. Dari sini pula, seperti tertulis dalam pengantar buku ini, “diharapkan bisa disusun langkah-langkah untuk memperoleh kembali kekuatan jurnalisme di Indonesia. Kekuatan jurnalisme itu sendiri bisa dilihat dari dampak berita pada diri khalayak.”***


Rejodani, 30 April 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.