usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Rabu, 16 April 2014

Mengurai Permasalahan Jurnalisme

Penulis: Ana Nadhya Abrar
Penerbit: Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Tahun Terbit: 1995








Suatu saat, Dr. Subhan Afifi, M.A., dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fisip, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, berkata kepadaku, “Saya memperoleh ide menulis skripsi di Universitas Diponegoro, Semarang, setelah membaca buku Mengurai Permasalahan Jurnalisme”. Aku bertanya, “Bagian yang mana?” Afifi menjawab, “Permasalahan Jurnalisme Press Release”.
Dengan informasi itu, ternyata buku ini cukup bermanfaat buat khalayak, terutama mahasiswa. Betapa tidak, isi buku ini melulu permasalahan jurnalisme. Ada permasalahan praktek jurnalisme di Indonesia (Bab I). Ada pula permasalahan yang dibawa jurnalisme di Indonesia (Bab II). Bahkan, ada juga permasalahan yang menyangkut kebutuhan jurnalisme di Indonesia (Bab III). Semua masalah itu tentu menarik untuk dipetakan, dibahas dan dicarikan solusi.
Khalayak tentu tidak harus melakukan penelitian setelah membaca buku ini. Karena tidak semua khalayak tertarik untuk meneliti. Namun, tidak ada salahnya khalayak mengetahui permasalahan jurnalisme di Indonesia. Paling tidak, untuk memperoleh gambaran tentang “apa dan bagaimana jurnalisme Indonesia” pada suatu ketika.
Aku menyajikan “apa dan bagaimana jurnalisme Indonesia” tersebut ketika aku masih menekuni jurnalisme lingkungan hidup di York University, Toronto, Kanada. Dengan demikian, aku memiliki “jarak” yang cukup jauh dengan realitas jurnalisme di Indonesia. Dengan jarak seperti itu, agaknya aku bisa mengisahkan “apa dan bagaimana jurnalisme di Inonesia” lebih leluasa.
Wajar bila buku ini kuanggap sebagai catatan sejarah tentang perkembangan jurnalisme Indonesia kontemporer.***

Rejodani, 14 April 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.