Pencadangan
Masih Ditambah, tetapi Lebih Optimistis
JAKARTA, KOMPAS—Perbankan masih menambah pencadangan kerugian
penurunan nilai untuk mengantisipasi kredit bermasalah di tengah pertumbuhan
ekonomi yang moderat. Langkah ini mengakibatkan pertumbuhan laba bersih bank
tahun lalu tidak signifikan.
Nilai pencadangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk per akhir
2015 sebesar Rp 12,042 triliun, meningkat 117,8 persen dibandingkan dengan
2014. Dengan pencadangan yang naik sebesar itu, laba bersih hanya tumbuh 2,3
persen selama setahun menjadi Rp 20,335 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, dalam
paparan kinerja Bank Mandiri di Jakarta, Selasa (23/2), menjelaskan, alokasi
pencadangan diperbesar agar risiko bisnis bank makin terjaga.
“Dengan pencadangan yang terus meningkat, kami berharap
tahun ini bisnis tumbuh lebih baik dan berkualitas,” kata Budi.
Rasio kredit bermasalah (nett) Bank Mandiri pada 2015
sebesar 0,9 persen, meningkat dari posisi 2014 yang sebesar 0,81 persen.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Kartika Wirjoatmojo
menuturkan, pencadangan dibuat melebihi kebutuhan dasarnya, yakni sebesar
kredit bermasalah. Rasio pencadangan yang melebihi kebutuhan dasar itu
memungkinkan bank mengantisipasi potensi penurunan kredit di masa mendatang.
Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit dan pendapatan
bunga bersih yang signifikan. Penyaluran kredit 2015 mencapai Rp 595,457
triliun, tumbuh 12,4 persen. Pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan 2015 yang sebesar 10,5
persen.
Pendapatan bunga bersih juga meningkat signifikan, yakni
15,9 persen, menjadi Rp 45,36 triliun. Adapun biaya dana tumbuh 11,5 persen
menjadi Rp 26,2 triliun. Menurut Budi, pertumbuhan dana murah dari tabungan dan
giro cukup besar sehingga pertumbuhan beban bunga bersih.
Total dana murah dari tabungan dan giro sebesar Rp 443,87
triliun, tumbuh 16,7 persen dibandingkan dengan akhir 2014. Adapun total dana
pihak ketiga mencapai Rp 676,387 triliun, hanya tumbuh 6,3 persen. Pertumbuhan
dana murah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak
ketiga ini menyebabkan pertumbuhan biaya dana tak terlalu signifikan.
“Ini merupakan salah satu strategi untuk menjaga
profitabilitas di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Ke depan, strategi
peningkatan komposisi dana murah akan terus dilakukan,” kata Budi.
Maybank
optimistis
Secara terpisah, Presiden Direktur PT Bank Maybank
Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) Taswin Zakaria optimistis kinerja perusahaan
akan baik. Optimisme itu terutama ditopang keberlanjutan proses transformasi
dan konsolidasi internal Maybank Indonesia dalam dua tahun terakhir.
Di tengah tekanan pelemahan perekonomian global, Maybank
Indonesia mencari pendapatan di luar pemberian pinjaman.
“Jika ekonomi tumbuh, pertumbuhan kredit akan terjaga.
Selama likuiditas dan biaya terjaga, tidak perlu khawatir penurunan pendapatan
bunga perbankan, termasuk di perusahaan kami,” kata Taswin.
Manajemen Maybank Indonesia menargetkan pertumbuhan
kredit tahun ini 11-12 persen.
Laba bersih Maybank Indonesia 2015 sebesar Rp 1,14
triliun, naik 60,9 persen dari 2014. pendapatan bunga bersih naik 9,4 persen,
dari Rp 5,93 triliun menjadi Rp 6,49 triliun. Margin bunga bersih meningkat
tipis dari 4,78 persen menjadi tipis dari 4,78 persen 4,86 persen.
Taswin menyatakan, Maybank Indonesia tidak terpaku pada
pendapatan dari margin bunga bersih. Ruang pendapatan lain yang dapat mendukung
pendapatan perseroan di luar jasa pinjaman antara lain jasa kanal elektronik.
Peningkatan pendapatan bunga bersih antara lain melalui kedisiplinan bank
menetapkan suku bunga pinjaman dan mengelola pendanaan. (AHA/BEN).
Berita
di atas disiarkan Kompas, 24 Februari
2016. Ia menunjukkan bahwa Bank Mandiri dan Maybank Indonesia menyiapkan
strategi khusus untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi global. Bank Mandiri menambah
pencadangan kerugian penurunan nilai untuk mengantisipasi kredit bermasalah.
Akibatnya, pertambahan laba bersih Bank Mandiri tahun 2015 tidak signifikan.
Sedangkan Maybank Indonesia mencari pendapatan di luar pemberian pinjaman.
Maybank Indonesia malah tidak terlalu khawatir dengan penurunan laba bersihnya.
Tidak bisa dipungkiri langkah yang
dilakukan oleh kedua bank di atas merupakan usaha untuk meningkatkan
pertumbuhan bank dalam jangka panjang. Memang usaha itu menyebabkan pertambahan
laba bersihnya berkurang untuk periode tertentu. Namun, dalam jangka panjang
usaha tersebut dibayangkan akan meningkatkan pertumbuhan bank.
Kalau kelak ternyata pertumbuhan kedua
bank tersebut tidak meningkat, itulah takdir mereka. Mereka sudah melakukan
yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bank. Hasrat untuk memperbesar
ukuran bank sudah mereka tunjukkan. Mereka juga sudah menyalurkan hasrat itu
dengan baik. Hasilnya, tentu akan tercatat dalam sejarah perbankan Indonesia.***
Rejodani, 29 Februari 2016
0 komentar:
Posting Komentar