Menjawab
Kekurangan Bidan Desa di Sorong Selatan
Penulis: Ana Nadhya Abrar
Penerbit: Akademi Kebidanan Yogyakarta,
Yogyakarta
Tahun Terbit: 2012
150 hal + xi
Pada sekitar tahun
2008, keluar Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 tentang Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua. Inpres tersebut segera diikuti oleh Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Percepatan Pembangunan Kesehatan Tanah Papua (P2KTP). Kedua kebijakan
ini menjadi dasar hukum bagi Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat
untuk melakukan pembangunan sektor kesehatan.
Salah satu upaya
yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan dalam membangun sektor
kesehatan adalah menyekolahkan anak-anak asal Kabupaten Sorong Selatan untuk
dididik menjadi bidan desa di Akademi Kebidanan Yogyakarta (Akbidyo) mulai
tahun ajaran 2009/2010. Nah, buku ini berkisah tentang apa yang dilakukan
Akbidyo dalam mendidik mahasiswa asal Sorong Selatan untuk menjadi bidan desa.
Memang tidak mudah
bagi Akbidyo menjadikan mahasiswa asal Sorong Selatan menjadi bidan desa.
Namun, ia merasa mendapat kehormatan besar. Dengan perasaan tersebut, ia
mengerahkan segala sumber daya sosial dan kulturalnya. Lebih dari itu, ia
membayangkan bidan desa ini kelak bisa menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Maka, dengan penuh kesadaran dan penahanan diri ia memproses mahasiswa asal
Sorong Selatan menjadi bidan desa.
Berbagai kisah manis, pahit, suka, duka,
serta memilukan lahir dari proses menjadikan mahasiswa asala Sorong Selatan
menjadi bidan desa. Semua kisah itu terekam dalam buku ini. Semua kisah itu
terjadi karena Akbidyo ingin, pertama,
menghidupkan harapan tentang kemajuan kesehatan yang lebih baik di Kabupaten
Sorong Selatan. Kedua, membangun
kebersamaan dengan Kabupaten Sorong Selatan untuk mewujudkan harapan tentang
kemajuan kesehatan yang lebih baik di Kabupaten Sorong Selatan. Ketiga, membuat mahasiswa yang berasal
dari Kabupaten Sorong Selatan merasa nyaman dan bergairah mengikuti proses
perkuliah di Akbidyo. Keempat,
menjadikan disiplin sebagai salah satu cara untuk menggapai sukses.
Kendati begitu,
semua mahasiswa asal Sorong Selatan merasa senang ketika menyadari bahwa mereka
sudah menjadi bidan desa. Seorang Ulfa Tabibiati menyampaikan kesannya sebagai
berikut:
Mau menangis rasanya ketika menyadari bahwa sekarang saya sudah punya pengetahuan dan keterampilan menjadi seorang bidan. Saya sangat terharu. Ketika pertama kali sampai di Akbidyo, saya tidak tahu apa-apa. Terima kasih saya untuk para bapak dan ibu dosen yang telah membimbing saya. Percayalah, saya tidak akan sia-siakan kebaikan Bapak dan Ibu dosen. Saya akan berusaha untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak di kampung saya.
Rejodani, 15 Juni 2014.
0 komentar:
Posting Komentar