usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Senin, 16 Juni 2014



Rikko Sajjad Nur, 18, sangat familiar dengan dunia maya. Dia juga tergabung dalam komunitas besar di Tanah Air, yakni Kaskus. Namun, perbincangan banyak orang di internet soal kelulusan ujian nasional (UN) justru luput dari pengamatannya.

    Ini memang mengherankan. Apalagi namanya menjadi salah satu yang banyak diperbincangkan setelah dipastikan menempati urutan dua nasional. Siswa SMA N 8 Yogyakarta yang mengambil jurusan IPS ini meraih angka 55,70, terpaut sedikit saja dari urutan pertama, Nur Afifah Widyaningrum, dengan nilai 55,85.

    “Waktu itu saya sedang tidur siang. Jadi tidak tahu kalau ternyata masuk urutan dua besar nasional. Tahunya setelah ditelepon teman-teman sekolah. Saya senang sekali,” kata Rikko saat ditemui KORAN SINDO YOGYA kemarin siang.

     Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Irham dan Nunuk Hartati ini mengaku tidak menyangka bias meraih hasil sebaik itu. Sebab, targetnya tidaklah muluk, yang penting lulus UN. “Syukur seandainya bisa meraih nilai bagus. Ternyata hasilnya di luar dugaan,” ucapnya semringah.

   Prestasi Rikko sejatinya tidak mengherankan. Sebab, di kelasnya, Rikko tidak pernah lepas dari urutan 10 besar. Posisi itu didapatnya pada semester I. Perlahan, prestasinya membaik dan tidak keluar dari lima besar.

     Kini Rikko tengah bersiap menyambut seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPT). Sesuai arahan orang tua, dia ingin melanjutkan studi di Jurusan Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan pilihan kedua Jurusan Ilmu Ekonomi. Baginya, ekonomi memberi banyak peluang di kemudian hari.

    Dari jurusan ekonomi, pilihan untuk bekerja terbuka sangat lebar, bisa di perusahaan, bank, dosen, atau banyak pekerjaan lain. Dia mengaku punya ambisi lebih dari sekadar bekerja, yakni menjadi pengusaha sukses di kemudian hari.

    Langkah untuk memuluskan cita-cita sudah dirintis pria yang doyan membaca novel dan buku ini sejak lama. Langkah awalnya adalah mulai menjual beberapa koleksi action figure melalui dunia maya. Kemudian, membuka lapak bersama rekan-rekannya untuk menjual semua pernak-pernik JKT 48. saat grub vokal perempuan itu manggung di Yogyakarta, dia memanfaatkan peluang dengan membuka lapak.

    Tapi kemarin mau UN semuanya mandek dulu, soalnya konsentrasi ke UN. Sekarang juga belum jalan, mungkin baru nanti setelah ada kepastian masuk perguruan tinggi. Mungkin saja kan ketemu calon partner bisnis lagi, katanya.

   Meski begitu, Rikko merasa persaingan di segmen penjualan penjualan pernak-pernik kian sulit. Semakin banyak orang yang turut mencoba peruntungan. Hanya, dia tetap tidak kalah akal. Dicobanya mencari alternatif usaha cadangan dengan pertimbangan sederhana, euforia seperti JKT 48 hanya bersifat sementara.

    Ketika nanti mulai pudar, setidaknya ada usaha lain yang bisa diandalkan. Sekarang masih mencari yang cocok untuk alternatif itu. “Mudah-mudahan segera ketemu yang cocok,” ucap pria yang tinggal di Perum Taman Alamanda C6, Gamping, Sleman, ini.

            Demikian berita tentang profil Rikko Sajjad Nur (Rikko), yang disiarkan KORAN SINDO YOGYA, 25 Mei 2014. Berita yang ditulis oleh Sodik tersebut mengungkapkan keinginan Rikko untuk menjadi pengusaha sukses. Dalam rangka merealisasikan keinginannya itulah Rikko akan berkuliah di Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.

            Sebagai peraih nilai terbaik kedua nasional lulusan UN 2014, tentu Rikko punya fans. Dia, bukan mustahil, menjadi teladan bagi lulusan UN 2014 lainnya. Dalam kaitan ini, bukan mustahil pula keinginan Rikko diikuti pula oleh keinginan fansnya. Kalau sudah begini, tentu akan semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang kelak menjadi pengusaha.

            Di masa mendatang posisi pengusaha akan menjadi tempat orang berharap menciptakan kesejahteraan. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, pada 12 Oktober 2012, mengatakan bahwa Indonesia butuh 4,76 juta pengusaha agar jumlah pengusaha Indonesia mencapai 2% dari jumlah penduduk (IpotNews, 13/10/12). Hanya dengan jumlah pengusaha minimal 2% Indonesia bisa sejahtera. Sementara, pada tahun 2012, jumlah pengusaha di Indonesia, menurut Muhaimin Iskandar baru mencapai angka 1,25% (IpotNews, 13/10/12). Angka ini jauh berada di bawah jumlah pengusaha di Singapura (4%) dan pengusaha di Malaysia (2,1%).

            Maka melalui berita di atas, Sodik sebenarnya tanggap dengan kondisi Indonesia yang kekurangan pengusaha. Dengan memprofilkan Rikko yang ingin menjadi pengusaha, dia  mengajak lulusan perguruan tinggi untuk menjadi pengusaha juga. Dia, secara tidak langsung, menyarankan agar lulusan perguruan tinggi tidak hanya mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada titik inilah ide Sodik itu perlu diberi acungan jempol.***

Rejodani, 15 Mei 2014.

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.