Rikko Sajjad Nur, 18, sangat familiar dengan dunia maya. Dia
juga tergabung dalam komunitas besar di Tanah Air, yakni Kaskus. Namun,
perbincangan banyak orang di internet soal kelulusan ujian nasional (UN) justru
luput dari pengamatannya.
Ini
memang mengherankan. Apalagi namanya menjadi salah satu yang banyak
diperbincangkan setelah dipastikan menempati urutan dua nasional. Siswa SMA N 8
Yogyakarta yang mengambil jurusan IPS ini meraih angka 55,70, terpaut sedikit
saja dari urutan pertama, Nur Afifah Widyaningrum, dengan nilai 55,85.
“Waktu
itu saya sedang tidur siang. Jadi tidak tahu kalau ternyata masuk urutan dua
besar nasional. Tahunya setelah ditelepon teman-teman sekolah. Saya senang
sekali,” kata Rikko saat ditemui KORAN SINDO YOGYA kemarin siang.
Anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Irham dan Nunuk Hartati ini mengaku tidak
menyangka bias meraih hasil sebaik itu. Sebab, targetnya tidaklah muluk, yang
penting lulus UN. “Syukur seandainya bisa meraih nilai bagus. Ternyata hasilnya
di luar dugaan,” ucapnya semringah.
Prestasi
Rikko sejatinya tidak mengherankan. Sebab, di kelasnya, Rikko tidak pernah
lepas dari urutan 10 besar. Posisi itu didapatnya pada semester I. Perlahan,
prestasinya membaik dan tidak keluar dari lima besar.
Kini
Rikko tengah bersiap menyambut seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri
(SNMPT). Sesuai arahan orang tua, dia ingin melanjutkan studi di Jurusan
Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan pilihan kedua Jurusan Ilmu
Ekonomi. Baginya, ekonomi memberi banyak peluang di kemudian hari.
Dari
jurusan ekonomi, pilihan untuk bekerja terbuka sangat lebar, bisa di
perusahaan, bank, dosen, atau banyak pekerjaan lain. Dia mengaku punya ambisi
lebih dari sekadar bekerja, yakni menjadi pengusaha sukses di kemudian hari.
Langkah
untuk memuluskan cita-cita sudah dirintis pria yang doyan membaca novel dan
buku ini sejak lama. Langkah awalnya adalah mulai menjual beberapa koleksi action
figure melalui dunia maya. Kemudian, membuka lapak bersama rekan-rekannya
untuk menjual semua pernak-pernik JKT 48. saat grub vokal perempuan itu
manggung di Yogyakarta, dia memanfaatkan peluang dengan membuka lapak.
Tapi
kemarin mau UN semuanya mandek dulu, soalnya konsentrasi ke UN. Sekarang juga
belum jalan, mungkin baru nanti setelah ada kepastian masuk perguruan tinggi.
Mungkin saja kan ketemu calon partner bisnis lagi, katanya.
Meski
begitu, Rikko merasa persaingan di segmen penjualan penjualan pernak-pernik
kian sulit. Semakin banyak orang yang turut mencoba peruntungan. Hanya, dia
tetap tidak kalah akal. Dicobanya mencari alternatif usaha cadangan dengan
pertimbangan sederhana, euforia seperti JKT 48 hanya bersifat sementara.
Ketika
nanti mulai pudar, setidaknya ada usaha lain yang bisa diandalkan. Sekarang
masih mencari yang cocok untuk alternatif itu. “Mudah-mudahan segera ketemu
yang cocok,” ucap pria yang tinggal di Perum Taman Alamanda C6, Gamping,
Sleman, ini.
Demikian
berita tentang profil Rikko Sajjad Nur
(Rikko), yang disiarkan KORAN SINDO YOGYA,
25 Mei 2014. Berita yang ditulis oleh Sodik tersebut mengungkapkan keinginan
Rikko untuk menjadi pengusaha sukses. Dalam rangka merealisasikan keinginannya
itulah Rikko akan berkuliah di Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Gadjah Mada.
Sebagai peraih nilai terbaik kedua
nasional lulusan UN 2014, tentu Rikko punya fans. Dia, bukan mustahil, menjadi
teladan bagi lulusan UN 2014 lainnya. Dalam kaitan ini, bukan mustahil pula
keinginan Rikko diikuti pula oleh keinginan fansnya. Kalau sudah begini, tentu
akan semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang kelak menjadi pengusaha.
Di masa mendatang posisi pengusaha akan menjadi tempat orang berharap
menciptakan kesejahteraan. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin
Iskandar, pada 12 Oktober 2012, mengatakan bahwa Indonesia butuh 4,76 juta pengusaha
agar jumlah pengusaha Indonesia mencapai 2% dari jumlah penduduk (IpotNews,
13/10/12). Hanya dengan jumlah pengusaha minimal 2% Indonesia bisa sejahtera.
Sementara, pada tahun 2012, jumlah pengusaha di Indonesia, menurut Muhaimin
Iskandar baru mencapai angka 1,25% (IpotNews, 13/10/12). Angka ini jauh berada
di bawah jumlah pengusaha di Singapura (4%) dan pengusaha di Malaysia (2,1%).
Maka
melalui berita di atas, Sodik sebenarnya tanggap dengan kondisi Indonesia yang
kekurangan pengusaha. Dengan memprofilkan Rikko yang ingin menjadi pengusaha,
dia mengajak lulusan perguruan tinggi
untuk menjadi pengusaha juga. Dia, secara tidak langsung, menyarankan agar
lulusan perguruan tinggi tidak hanya mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia.
Pada titik inilah ide Sodik itu perlu diberi acungan jempol.***
0 komentar:
Posting Komentar