usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Kamis, 01 Mei 2014


Perdana Menteri Korea Selatan Chung Hong-won mengumumkan pengunduran dirinya di tengah kritik atas penanganan pemerintah dalam insiden feri tenggelam Sewol.

Kapal yang memuat 476 orang - kebanyakan adalah siswa dan guru - dalam perjalanan menuju Pulau Jeju.

Para penyelam sudah mengangkat 183 jenazah dari kapal yang tenggelam itu, namun ratusan orang yang sebelumnya dinyatakan hilang kini diduga telah tewas.

Dalam insiden ini, mereka yang hidup mengaku 'dihantui' oleh kenangan pahit yang sulit dilupakan.

"Saya ingin mengundurkan diri lebih cepat, tetapi menangani situasi adalah prioritas utama dan saya berpikir itu adalah tindakan yang tanggung jawab sebelum saya pergi," kata Chung dengan muka yang suram, Minggu (27/04).

"Namun saya memutuskan untuk mengundurkan diri sekarang, (agar) tidak lagi menjadi beban bagi administrasi."

Kerabat korban berulang kali mengkritik pemerintah atas lambannya operasi penyelamatan.

Sehari setelah insiden terjadi, Chung dicemooh dan seseorang melemparkan botol air minum kepadanya saat dia mengunjungi para orang tua yang berduka.

Pada Minggu (27/04), para penyelam berjuang melawan kondisi cuaca sangat menantang untuk mencoba yang terperangkap dalam feri tenggelam.

Seorang juru bicara penjaga pantai mengatakan ombak bergelung tinggi didorong angin kencang sehingga menyulitkan upaya evakuasi.

"Situasinya sangat sulit karena cuaca, tapi kami melanjutkan upaya pencarian, menggunakan waktu di mana cuaca tenang yang terjadi sesekali," katanya.

Dia menambahkan bahwa 93 penyelam akan mengambil bagian dalam operasi hari ini.

Demikian berita yang disiarkan oleh BBC Indonesia pada 27 April 2104-09.12 WIB (lihat http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2014/04/140427_pm_korsel_mundur.shtml). 

Berita tersebut juga disertai foto sang perdana menteri. Di bawah foto tersebut terdapat keterangan: Chung Hong-won mengatakan pengunduran dirinya adalah "keputusan yang benar."

Dari sisi redaksional, berita ini biasa-biasa saja. Namun, ide yang dikandung fakta dalam berita tersebut sangat bagus. Yakni, Chung Hong-won menganggap pekerjaan memiliki dimensi etis. Dengan anggapan seperti ini, dia berpendapat bahwa sebuah pekerjaan harus punya nilai kebaikan buat dirinya dan buat orang lain. Ketika pekerjaan itu hanya bernilai buat dirinya dan tidak bernilai buat orang lain, dia memilih mundur dari jabatannya.

Bila dilihat lebih lanjut, Chung Hong-won, paling tidak, memiliki dua nilai etis pekerjaan. Pertama, keadilan. Dia menghargai hak-hak rakyatnya. Ketika hak rakyatnya terganggu karena pekerjaannya, dia merasa tidak nyaman. Dia pun tidak betah dengan jabatan itu. Dia rela mengundurkan diri.

Kedua, tanggung jawab. Dia bertanggung jawab terhadap rakyat. Dia merasa punya kewajiban moral untuk mengurusi rakyatnya. Pada saat dia melihat rakyatnya meninggal karena anak buahnya, dia merasa harus bertanggung jawab. Dia tidak mau berdalih atau mencari kambing hitam. Dia putuskan untuk mundur saja.

Mungkin para pejabat Indonesia akan menganggap Chung Hong-won berlebihan. Mungkin juga mereka akan mengatakan bahwa Chung Hong-won menggunakan politik pencitraan. Namun, filosofi yang dianut Chung Hong-won sangat manusiawi. Ia akan membangkitkan humanisme. Itulah sebabnya berita ini mengandung ide yang sangat bagus, bukan hanya kumpulan fakta. Semoga sikap dan tindakan Chung Hong-won ini bisa menjadi inspirasi buat banyak orang. Amin.***

Rejodani, 29 April 2014 

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.