Pengakses
blog yang budiman,

Bertolak
dari kriteria intelektualitas di atas, aku akan disebut memiliki
kesadaran eksistensial sebagai ahli jurnalisme kalau aku punya
pengetahuan dan pengalaman yang memadai tentang jurnalisme. Aku akan
disebut memiliki kesadaran eksistensial tentang profesi jurnalisme
kalau aku hidup dari profesi yang berkaitan dengan jurnalisme. Aku
akan disebut punya orientasi kemasyarakatan tentang jurnalisme kalau
aku bisa mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat.
Figure
4 Piagam dari Balai Wartawan Bukittinggi untuk
Abrar setelah dia mengikuti kursus
Jurnalistik Dasar Angkatan Pertama, 1
Februari - 1 Agustus 1982
Soal
pengetahuan jurnalisme, aku sudah belajar tentang jurnalisme sejak 1
Februari 1982. Ketika itu aku mengikuti Kursus Jurnalistik Tingkat
Dasar Angkatan Pertama yang diadakan oleh Balai Wartawan Bukittinggi,
Sumatra Barat. Setelah itu, aku berkuliah di Jurusan Publisistik UGM
dari Agustus 1982 hingga Agustus 1987 untuk memperoleh gelar Drs.
Lima tahun kemudian, persisnya tahun 1992, aku berkuliah di Faculty
of Environmental Studies, York University, Toronto,
Kanada. Di sini aku menekuni jurnalisme lingkungan hidup sampai
memperoleh gelar M.E.S. tahun 1994. Sebelas tahun kemudian, tepatnya
tahun 2005, aku berkuliah di Faculty of Arts and Social Sciences,
University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Setelah lima tahun
berkuliah, persisnya 2010, aku berhasil memperoleh gelar Ph.D dalam
bidang jurnalisme.
Tentang
profesi jurnalisme, sebenarnya aku sudah pernah menjadi reporter
Tabloid Politik Eksponen sejak April-Mei 1983. Aku pernah
menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Mahasiswa Fisipol UGM Sintesa.
Aku juga pernah menjadi Ketua Dewan Redaksi Majalah Mahasiswa UGM
Balairung. Aku malah pernah melamar menjadi wartawan di harian
Jawa Pos pada Maret 1998. Setelah melalui penyaringan tiga
tahap, aku dinyatakan lulus dan berhak mengikuti pendidikan untuk
menjadi wartawan Jawa Pos. Namun, kesempatan itu tidak
kumanfaatkan. Ibuku lebih suka aku menjadi dosen daripada menjadi
wartawan. Lalu, aku berusaha menjadi dosen. Alhamdulillah,
usahaku berhasil. Sejak Maret 1988, aku menjadi dosen di almamaterku,
Jurusan Ilmu Komunikasi (JIK), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada.
Figure
4 Guntingan berita Jawa Pos, Sabtu 26 Maret 1988
Meski
menjadi dosen, aku tidak bisa melupakan keinginanku untuk menjadi
wartawan. Aku mencari kesempatan untuk mempraktikkan pengetahuanku
tentang jurnalisme. Alhamdulillah, aku memperoleh kesempatan itu.
Lihatlah, aku pernah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Berita
KAGAMA dan tabloid Kabar UGM. Memang tingkat kesulitan
menjadi pemimpin redaksi di kedua media internal ini tidak setinggi
kesulitan menjadi pemimpin redaksi media pers umum. Namun, tetap saja
aku harus merealisasikan segala sumber daya kulturalku untuk
melaksanakan kewajibanku.
Figure
4 Ijazah Abrar sebagai pemegang gelar M.E.S. dalam jurnalisme
lingkungan hidup
Di
kampus, aku mengajar matakuliah “Penulisan Berita” sejak
matakuliah itu diperkenalkan di JIK UGM sampai sekarang. Pada saat
tulisan ini kutulis, aku, bahkan, mengampu matakuliah “Dasar-Dasar
Jurnalisme”, dan “Penyuntingan Berita”. Aku bisa disebut makan
gaji dari pemerintah karena, terutama, mengajar matakuliah yang
berkaitan dengan jurnalisme.
Sejak
tahun 2010, setelah memperoleh gelar Ph.D, aku mempraktikkan
keterampilanku di bidang jurnalisme untuk menulis biografi dan profil
lembaga. Dari sini, aku memperoleh penghasilan yang tidak sedikit.
Dalam keadaan begini, aku sesungguhnya sudah menjalankan dan merawat
profesi di bidang jurnalisme.
Figure
4 Ijazah Abrar, sebagai pemegang gelar Ph.D dalam jurnalisme
Pengakses
blog yang budiman,
Kenyataan
di atas menunjukkan bahwa aku belajar jurnalisme dalam waktu yang
cukup lama. Aku juga telah mempraktikkan jurnalisme sesuai dengan
yang aku bisa. Aku menghayati, mengalami, dan mengerti
persoalan-persoalan jurnalisme. Lalu, apakah aku sudah berhasil
mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat?
Sudah,
tetapi belum optimal. Buktinya? Aku sudah menulis beberapa buku yang
berkaitan dengan jurnalisme, yakni Mengenal Jurnalisme Lingkungan
Hidup (1993), Mengurai Permasalahan Jurnalisme (1995),
Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan (1997), Penulisan
Berita (2005), Bagaimana Menulis Biografi: Perspektif
Jurnalisme (2010), dan Mengarungi Hubungan DPR dan Pemerintah
dengan Jurnalisme (2014).
Tanpa
terperangkap dalam pretensi apa-apa, muncul komitmenku untuk
mengoptimalkan usahaku untuk lebih mendekatkan jurnalisme kepada
masyarakat. Bagaimana caranya? Mengasuh blog ini. Maka blog ini
sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat.
Dalam konteks ini, ia berisi antara lain: tulisanku tentang
jurnalisme yang terdiri atas 300-500 kata yang akan ku-upload
dua minggu sekali (Rubrik Inilah Jurnalisme), dan kutipan
berita yang kuanggap sebagai hasil praktik jurnalisme yang
berkualitas dan review-ku tentang berita tersebut yang akan
ku-upload dua minggu sekali juga (Rubrik Pernik
Jurnalisme).
Demikianlah
perkenalanku dan sekaligus silaturahimku. Mungkin perkenalan ini
terlalu singkat. Namun, bukan mustahil perkenalan ini akan berlanjut
di masa mendatang. Semoga perkenalan ini dirahmati Allah dan Anda pun
keranjingan mengunjungi blog ini. Amin.
Rejodani,
30 Maret 2014
0 komentar:
Posting Komentar