Rupanya, tak mudah membujuk
Sri Mulyani Indrawati, yang menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia di
Washington, DC, kembali ke Tanah Air. Menurut Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, Presiden Joko Widodo intens melobi Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim,
meminta Sri Mulyani dibolehkan pulang kampung.
Pratikno mengaku tidak
mengetahui persis isi pembicaraan Presiden Jokowi dengan Kim. Namun, upaya Jokowi mengajak Sri Mulyani pulang untuk
dijadikan Menteri Keuangan akhirnya berhasil. “dengan berat hati, Sri
diizinkan,” ujar Pratikno di kantornya, kemarin.
Begitu izin diberikan, Sri
Mulyani menulis surat pengunduran diri dari jabatannya di Bank Dunia. Kim
membenarkan adanya surat itu dari Sri Mulyani. Menurut Kim, lewat surat
tersebut Sri Mulyani memberi tahu bahwa Presiden Joko Widodo memintanya segera
kembali ke Indonesia untuk menjadi Menteri Keuangan.
Sebenarnya, Kim sedih
melepas Sri Mulyani. Ia merasa kehilangan karena, selama enam tahun bekerja di
Bank Dunia, lulusan University of Illinois Urbana-Champaign itu dinilai
memiliki pandangan kuat terhadap masyarakat miskin. “Tapi, kami kagum akan
keputusan Sri Mulyani kembali melayani negaranya,” ujar Kim dalam suratnya
untuk pegawai Bank Dunia, kemarin. “Dia teman sejati di Bank Dunia dengan
karya-karya besarnya.”
Sri Mulyani menolak
mengungkapkan isi pembicaraannya dengan Presiden Jokowi saat diminta kembali ke
Indonesia. “Yang pasti, saya ketemu Presiden sebelumnya dan saya merasa
terhormat diminta kembali,” ujar Sri setelah dilantik di Istana Negara,
kemarin.
Menurut dia, banyak
koleganya di Bank Dunia yang terkejut mendengar keputusannya. Sebab, saat ini
Bank Dunia tengah sibuk mengurus mobilisasi dana untuk negara-negara miskin
(International Development Assistance/IDA). IDA adalah program penyaluran dana
yang dikhususkan bagi Negara berpendapatan per kapita di bawah US$ 1.200. total
ada 77 negara penerima bantuan.
Namun anggota direksi
lembaga tersebut akhirnya memahami alasannya pulang kampong. Bank Dunia, kata
Sri Mulyani, tahu betul akan pentingnya penguatan ekonomi Indonesia, yaitu
bertujuan memberantas kemiskinan dan mengakselerasi pemerataan kesejahteraan. (Pingit Aria/Istman MP).
Demikian berita yang
disiarkan Koran Tempo, 28 Juli 2016. Berita
ini menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo sangat beruntung bahwa Sri Mulyani
Indrawati bersedia jadi Menteri Keuangan Kabinet Kerja. Lalu, bagaimana dengan
rakyat Indonesia? Apakah penunjukkannya sebagai Menteri Keuangan Kabinet Kerja
akan bermanfaat besar untuk rakyat?
Tentu tidak mudah menjawab
pertanyaan ini. Yang jelas, ideologi ekonomi Sri Mulyani tidak berbeda dengan
ideologi ekonomi Bank Dunia. Ideologi ekonominya tidak compatible dengan Tri Sakti dan Nawa Cita. Sekalipun disenangi
pasar keuangan, kata Dradjad Wibowo dalam Tribun
Jogja, 28 Juli 2016, citra Sri Mulyani bukanlah merakyat dan bersih. Citra
ini agaknya bertentangan dengan citra
Presiden Joko Widodo yang masih dianggap merakyat dan bersih.
Sampai di sini, muncul
pertanyaan, apakah Presiden Joko Widodo tidak paham persis “posisi” Sri
Mulyani? Tentu saja dia sangat paham. Namun, agaknya dia punya agenda
tersembunyi dalam penunjukkan Sri Mulyani. Agenda apakah itu? Entahlah! Konon
ia berkaitan dengan Pemilihan Umum 2019.***
Rejodani, 1 Agustus 2016