Pekerjaan
dan keahlian para wartawan adalah mengemas informasi menjadi sebuah berita yang
penting dan bermanfaat buat khalayak. Dalam mengerjakan pekerjaan itu, mereka
menggunakan berbagai teknik, mulai dari teknik mengumpulkan fakta, teknik
menulis berita, tekni mem-framing
berita, teknik menyunting berita hingga teknik menyiarkan berita. Mereka yang
menguasai semua teknik inilah yang berhak disebut memiliki keterampilan teknis
jurnalisme.
Semua
teknik di atas bisa dipelajari dan dilatihkan. Namun, untuk memperoleh
keterampilan teknis jurnalisme yang memadai, semua orang harus berlatih menggunakan
semua teknik tersebut. Semakin sering mereka berlatih, semakin terampil pula
mereka menggunakan teknis jurnalisme.
Bagi mereka yang sudah terampil
menggunakan teknis jurnalisme, profesi wartawan bukan sekadar mempraktikkan
keterampilan teknis jurnalisme. Mereka menjadikan profesi wartawan sebagai
sarana mengabdi untuk kepentingan orang banyak. Mereka menjadikannya sebagai
jalan hidup. Dalam keadaan begini, mereka ingin berita yang dibaca khalayak
mengutamakan kepentingan khalayak dan bermanfaat buat khalayak. Kalau sudah
begini, barulah mereka puas. Pada titik inilah mereka menganggap diri mereka sudah
menjalankan profesinya dengan baik.
Persoalannya lantas, bagaimana
khalayak menilai sebuah berita memang penting dan bermanfaat buat mereka? Yakni
dengan mengidentifikasi wacana yang terkandung dalam berita. Kalau wacananya
memang penting buat khalayak dan bermanfaat buat mereka, sesungguhnya wartawan
yang menulis berita bersangkutan sudah menjalankan profesinya dengan baik.
Sebaliknya, kalau wacananya tidak penting buat khalayak dan tidak pula bermanfaat
buat khalayak, atau malah beritanya tidak punya wacana sama sekali, penulis
berita tersebut belum menjalankan profesinya dengan baik. Yang terakhir inilah
yang membuat reputasi jurnalisme menjadi jelek.
Bertolak dari penjelasan singkat ini,
kita bisa mengatakan bahwa reputasi jurnalisme ditentukan oleh wacana yang
terdapat dalam sebuah berita. Kalau wacana itu penting dan bermanfaat buat
khalayak, jurnalismenya bereputasi. Kalau wacana itu tidak ada atau ada tapi
tidak penting dan tidak pula bermanfaat buat khalayak, jurnalismenya tidak
bereputasi.
Dengan penampilan berita yang
disiarkan media pers sekarang ini, mungkin tidak mudah mencari praktik
jurnalisme yang bereputasi. Soalnya, beberapa pemilik media pers sekarang
adalah juga ketua umum partai politik. Mereka menggunakan media persnya untuk
menyiarkan berita dengan wacana yang mengutamakan kepentingan partainya dan
bermanfaat untuknya. Namun, kita tidak boleh larut dengan kondisi ini. Kita
perlu mencari wacana lain yang bisa meng-counter
wacana itu.***
Rejodani, 2 Juli
2016
0 komentar:
Posting Komentar