Jurnalisme penyiaran televisi
telah mengalami evolusi. Demikian pengakuan Raymond Rondunuwu, yang pernah
menjadi produser siaran berita Seputar Indonesia di Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). “Di RCTI news, presenter itu setengah dewa, meski intelectuallity-nya big zero. Pemirsa tahunya mereka smart, charming, dan glamomorous. Padahal waktu tampil di screen, mereka baca prompter yang dibuatkan produser”, tambah Raymond.
Pernyataan ini menunjukkan
bahwa yang sangat berperan dalam berita pada berita televisi adalah produser.
Begitu besarnya peran produser, sehingga tanpa sadar ia sudah terjerumus pada
perbuatan menciptakan fakta. “We create
facts,” tambah Raymond. Berita televisi yang bermetamorfosis menjadi fakta
buatan sudah tergolong evolusi jurnalisme, yakni perubahan jurnalisme yang
terjadi secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. Orientasinya sangat
jelas: berita televisi akan lebih banyak menghibur daripada memberikan
informasi faktual.
Lalu, bagaimana dengan
jurnalisme media pers? Jurnalisme media pers juga mengalami evolusi. Sekarang
banyak sekali muncul informasi yang disiarkan media pers yang berasal dari data
intilijen yang sangat rahasia. Kita bisa menyebut informasi rahasia milik
National Security Agency (NSA) yang disiarkan oleh Edward Joseph Snowden. Lalu
ada lagi informasi rahasia yang berasal dari surat diplomatik Amerika Serikat
yang dibocorkan oleh Julian Assange. Informasi ini sulit untuk dikonfirmasikan.
Ia sangat tergantung dari kejujuran sang pembocor rahasia.
Namun, media pers sepertinya
percaya kepada sang pembocor rahasia. Informasi dari mereka mengalir deras di
media pers. Tidak heran bila Juliam Assange mendapat tempat yang terhormat di
kalangan media pers. Julian Assange pun paham dengan kondisi ini. Dia kemudian
mendirikan WikiLeaks dan menjadi pemimpin redaksi (editor-in-chief) di situ.
Melihat perkembangan WikiLeaks,
berbagai pendapat muncul. Ada yang menyebutnya sebagai jurnalisme masa depan.
Ada pula yang menyebutnya bukan jurnalisme. Bahkan, ada yang menyebutnya
sebagai networked journalism. Apa pun
komentar orang tentang WikiLeaks, ia tetap merupakan sebuah fenomena jurnalisme
yang menantang untuk dikaji. Untuk mulai mengkaji WikiLeaks, bacalah sebuah
buku berjudul WikiLeaks: News in the
Networked Era karya Charlie Beckett dan James Ball yang terbit tahun 2012.
Dari membaca buku ini, agaknya
kita akan semakin yakin bahwa evolusi jurnalisme sudah terjadi di media pers. ***
Rejodani,
28 Februari 2015
0 komentar:
Posting Komentar