Tidak semua peristiwa atau ide
layak ditulis menjadi sebuah berita. Ada ukuran yang harus dipenuhi oleh
peristiwa atau ide tersebut. Apa ukurannya? Nilai berita (news values) Tegasnya, hanya peristiwa atau ide yang memenuhi
nilai berita saja yang layak ditulis menjadi sebuah berita. Jawaban ini
menimbulkan pertanyaan baru, apa sih nilai
berita itu dan siapa yang menentukannya?
Nilai berita itu banyak, mulai
dari penting (significance), besar (magnitude), baru (timeliness), dekat (proximity),
terkemuka (prominence), punya
sentuhan manusiawi (human interest)
dan sebagainya. Salah satu nilai ini bisa menjadikan sebuah peristiwa atau ide
layak ditulis menjadi sebuah berita. Kalau nilai itu lebih dari satu, tentu
saja kelayakannya menjadi sebuah berita semakin bertambah. Maka tugas wartawan
adalah mencari peristiwa atau ide yang memiliki sebanyak mungkin nilai berita.
Secara praktis, setiap media
pers memiliki aturan tentang jumlah nilai berita yang harus terkandung dalam
sebuah berita. Tidak ada aturan yang mengharuskan sebuah media pers memiliki
jumlah nilai berita tertentu dalam berita yang disiarkannya. Namun, semakin
banyak nilai berita yang terkandung dalam sebuah berita, semakin berkualitas
berita itu.
Ketika akhirnya berita sudah
ditulis, melalui proses penentuan nilai berita, tibalah saatnya berita tersebut
disiarkan. Dalam konteks ini, berita itu tidak bisa langsung disiarkan. Ia
harus ditimbang lagi dengan aturan lain yang disebut kelengkapan berita dan layak
muat (newsworthy).
Secara umum kelengkapan berita
berkaitan dengan fakta yang dikandung oleh berita bersangkutan. Fakta tersebut
harus bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, bilamana, dan
bagaimana (5W + 1H) tentang sebuah peristiwa atau ide. Bila ada pertanyaan yang
tidak terjawab, berita itu disebut tidak lengkap. Wartawan harus melengkapi
faktanya.
Secara praktis, layak muat disesuaikan
dengan tujuan media pers dan kondisi objektif khalayak. Ia bertolak dari
masyarakat seperti apa yang akan dibentuk media pers dari kecenderungan
sosiografis dan psikografis khalayak yang ada. Itulah sebabnya layak muat
sebuah media pers berbeda dengan layak muat media pers lain.
Dengan penerapan layak muat,
tidak semua peristiwa atau ide yang punya nilai berita pantas disiarkan. Sebaliknya,
semua informasi yang layak muat tentu memiliki nilai berita. Lebih dari itu,
semua item berita yang terdapat di
halaman-halaman media pers punya kriteria layak muat.
Praktik menjalankan aturan
nilai berita (news values), aturan
kelengkapan berita, dan aturan layak muat (newsworthy)
inilah yang disebut pakem jurnalisme. Media pers yang tidak menjalani pakem
jurnalisme atau keluar dari pakem jurnalisme akan merugikan citra jurnalisme
itu sendiri.***
Rejodani,
15 Februari 2015
0 komentar:
Posting Komentar