Goenawan Mohamad—salah seorang
pendiri majalah Tempo—suatu ketika
dengan tegas mengatakan bahwa media pers tidak harus bersikap netral dalam
kebijakan pemberitaannya. Baginya, hal terpenting dari pemberitaan sebuah media
pers adalah isi beritanya tidak memfitnah. “Bung Karno saat menulis di Fikiran Ra’yat juga tidak netral,”
tambahnya.
Penjelasan di atas melahirkan
ide bahwa jurnalisme harus berpihak. Persoalannya lantas, kemana jurnalisme
harus berpihak? Agaknya jawabannya bisa diambil dari pernyataan Jakob Oetama
yang dikutip A.M. Dewabrata dalam buku Kalimat
Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita, berikut:
Berita harus bermutu, harus mengangkat persoalan yang ada dalam masyarakat, harus menyiratkan aspirasi masyarakat, harus memanusiakan manusia, membela hak asasi manusia. (hal. xi).
Kutipan
ini memperlihatkan bahwa jurnalisme harus bisa memanusiakan manusia. Ia harus
membela hak asasi manusia. Kenyataan seperti ini mengantarkan jurnalisme
berpihak kepada usaha membangkitkan dan mempertahankan kemanusiaan (humanisme).
Apa pun berita yang dihasilkannya, ia harus berada dalam jalur membangkitkan
dan mempertahankan kemanusiaan.
Bertolak
dari sini, kini media pers sesungguhnya menghadapi tantang besar. Soalnya,
kenyataan menunjukkan bahwa kemanusiaan di republik ini sudah terpuruk.
Berbagai persoalan kemanusiaan, seperti memperlakukan manusia sebagai budak, maraknya
penjualan manusia (trafficking),
keberingasan yang meluncur pada pembunuhan, dan pelanggaran hak asasi manusia masih terus
muncul. Berbagai usaha untu menyelesaikan persoalan pelanggaran hak asasi
manusia selalu menemukan jalan buntu. Sudah begitu, masyarakat masih terus
mengejar kemajuan yang berujung pada penyerahan otoritas manusia pada teknologi
dan kemajuan zaman.
Apakah keberpihakan jurnalisme
kepada kemanusiaan sesuai dengan hakekat keberadaan media pers? Jawabannya
tegas: ya. Karena media pers lahir bertolak dari keinginan masyarakat untuk
memnuhi kebutuhan informasi agar mereka tetap bisa memelihara kemanusiaannya.
Sampai di sini muncul
pertanyaan, bagaimana kalau sebuah media pers lahir hanya untuk mencari
keuntungan materi semata? Kalau ada media pers yang seperti itu, sesungguhnya
ia sudah menyalahi kodratnya. Ia sudah menghina dirinya sendiri. Akan lebih
baik bila ia berhenti menyiarkan berita dan beralih menjadi perusahaan pembuat
tempe saja.***
Sungai
Penuh, 15 Januari 2015
0 komentar:
Posting Komentar