usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Rabu, 16 Juli 2014


Pengamatan dan pengalaman menunjukkan bahwa jurnalisme tidak bisa menghasilkan berita yang benar dan enak dibaca tanpa bantuan logika dan bahasa. Logika menjadikan hubungan antar fakta dalam sebuah berita menjadi masuk akal. Bahasa yang pas menjadikan kalimat dalam sebuah berita menjadi mengalir ibarat air. Wajar bila orang menyebut logika dan bahasa sebagai partner jurnalisme.

Bila dilihat secara semantik, partner berarti unsur yang saling membutuhkan dan melengkapi. Bertolak dari sini, logika dan bahasa bisa disebut sebagai unsur yang dibutuhkan jurnalisme untuk menghasilkan berita yang bermutu. Logika dan bahasa bisa melengkapi keterampilan jurnalistik wartawan dalam menulis berita yang bermutu. 

Sebagai partner jurnalisme, logika membantu wartawan melacak premis mayor dan premis minor sebelum memunculkan kesimpulan. Logika juga meneguhkan kategorisasi yang pas. Logika juga membantu wartawan untuk tidak mudah “diatur” narasumber, baik lewat pengecekan logika deduktif maupun induktif. Tegasnya, logika bisa membantu wartawan menyajikan berita yang tidak logis.

Sebagi partner jurnalisme, bahasa membantu wartawan menyajikan berita yang bermutu. Ini terasa logis. Sebab, secara praktis, mutu berita tidak hanya ditentukan oleh isinya, tetapi juga penyajiannya. Nah, untuk menyajikan isi berita yang bermutu, diperlukan bahasa yang bermutu pula. Pada titik ini bahasa menjadi penting.

Sampai di sini, muncul persoalan, bahasa yang mana? Jawabannya tegas, bahasa jurnalistik? Seperti apa sesungguhnya bahasa jurnalistik itu? Bahasa jurnalistik, mengutip pendapat almarhum A.M.Dewabrata, merupakan bahasa populer yang menggunakan rangkaian kata yang langsung mudah dipahami (2010:17). Bertolak dari pengertian seperti inilah kemudian, orang menetapkan cici-ciri bahasa jurnalistik itu, sebagai: pertama, sederhana. Ini diangankan untuk menjangkau khalayak yang sebanyak-banyaknya, mulai dari tingkat pendidikan yang paling rendah hingga yang tertinggi.

Kedua, padat. Ini dimaksudkan untuk menyampaikan informasi secara lengkap kepada khalayaknya. Konsekuensinya, penyajian informasi tidak berkepanjangan, melainkan langsung ke pokok persoalan.

Ketiga, jelas. Ini dimaksudkan untuk memudahkan khalayak memahami informasi yang disampaikan, mulai dari latar belakang ide, ide, data yang mendukung ide hingga kesimpulan.

Keempat, jernih. Ini dimaksudkan untuk memperlihatkan hubungan antar fakta secara jelas, yang pada gilirannya membantu khalayak menerima kesimpulan dengan sadar.

Kelima, singkat. Ini diangankan untuk mempermudah khalayak mencerna informasi yang disampaikan.

Keenam,  ekonomis. Ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang lebih spesifik kepada khalayak.

Ketujuh, menarik. Ini diusahakan untuk menggugah khalayak, yang pada gilirannya mau meneruskan membaca berita.   

Dengan begitu, wartawan harus memiliki logika yang jernih, kemampuan berbahasa jurnalistik yang memadai serta keterampilan jurnalistik yang andal. Kalau sudah begini, wartawan turut menjadikan jurnalisme  sebagai sebuah pesona. Dengan pesona ini, semoga semakin banyak pihak yang tertarik menekuni dan mempraktikkan jurnalisme ***


Rejodani, 15 Juli 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.