usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Kamis, 22 Mei 2014


    YOGYAKARTA—Gelontorkan dana Rp 525 Juta, pemkot memberikan jaringan internet untuk 60 sekolah di Yogyakarta. Bantuan diberikan untuk menyediakan jaringan internet dengan kapasitas bandwith setiap sekolah sebesar 30 Mbps.

  Jaringan internet dimanfaatkan dengan menggunakan komputer di laboratorium milik sekolah. “Dulu melalui APBN ada program school net. Kalau ini murni dari APBD. Kami pilih sekolah yang belum memiliki layanan internet,” ujar Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Telematika Kota Yogyakarta Sukadarisman seusai launching program sekolah berbasis internet di SD Negeri 5 Kotagede.


   Dengan demikian, perangkat komputer menjadi kewenangan sekolah untuk menyiapkannya. Pemanfaatan jaringan menggunakan fasilitas laboratorium komputer di sekolah. Sedangkan, penyedia jaringan adalah pihak ketiga, yakni PT Jogja Media selaku pemenang lelang pengadaan.


  Mengenai keamanan akses, Sukadarisman menyebut, pihaknya mengacu Perwal 70/2010 tentang Internet Sehat dan Aman. Sudah disiapkan sistem khusus untuk menyaring atau memblokir  konten-konten yang tidak sehat, termasuk situs porno. Pemblokiran dilakukan dengan berbasis domain name server atau DNS.


  Dengan langkah tersebut, Sukadarisman menjamin, konten yang mengandung unsur pornografi atau perjudian akan langsung terblokir dan tidak bisa diakses. “Pemblokiran secara otomatis terjadi. Akses tidak akan bisa dilakukan untuk konten berbahaya, seperti pornografi atau perjudian,” tandasnya.


  Sebanyak 60 sekolah berbasis internet yang mendapat bantuan terdiri dari 40 sekolah dasar, 7 SMP, 6 SMA, dan 7 SMK. Bantuan tidak terbatas pada sekolah negeri, tetapi juga sekolah swasta.


  “Kami memilih sekolah sejak SD karena bagian dari pendidikan dasar. Harapannya, internet bisa memberikan manfaat sejak pendidikan dasar,” tandas Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti seusai meresmikan Program Sekolah Berbasis Internet. (maha dewi)

Demikianlah berita yang disiarkan KORAN SINDO YOGYA, Sabtu, 3 Mei 2014. Berita ini bisa menjadi inspirasi buat pengelola SD, SMP dan SMA di kota lain. Paling tidak agar daerah itu tidak ketinggalan dari sekolah lain di Indonesia maupun di negara lain, yang sudah lama berusaha menyediakan berbagai pusat belajar yang berbasis internet.

Bila di negara kita masih banyak pemerintah daerah yang membangun gedung-gedung sekolah yang kokoh dengan desain yang apik, negara-negara lain sudah tidak terlalu berambisi lagi membangun gedung-gedung sekolah yang bagus. Negara-negara itu lebih tertarik menjadikan internet sebagai sarana belajar tentang pengetahuan apa saja. Mereka mendorong para siswa agar bisa belajar di mana saja menggunakan internet. Mereka, bahkan, memfasilitasi warga untuk menggunakan internet sebagai wahana pendidikan informal dan otodidak.

Pilihan ini didasari keyakinan bahwa internet akan melahirkan kelompok masyarakat yang optimis, toleran, dan memiliki komitmen terhadap perubahan. Juga kepercayaan bahwa pengakses internet merupakan orang yang cerdas, terdidik, eskpresif, dan partisipatif dalam membangun lingkungan. Semua kualifikasi ini sangat diperlukan oleh manusia Indonesia masa mendatang, dalam rangka lebih memajukan Indonesia.  

Maka, berita di atas sangat menguatkan semangat para pendidik dan siswa untuk menjadikan internet sebagai wahana belajar. Selamat buat Maha Dewi.***

Rejodani, 14 Mei 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.