Jaringan
internet dimanfaatkan dengan menggunakan komputer di laboratorium milik
sekolah. “Dulu melalui APBN ada program school net. Kalau ini murni dari
APBD. Kami pilih sekolah yang belum memiliki layanan internet,” ujar Kepala
Bidang Teknologi Informasi dan Telematika Kota Yogyakarta Sukadarisman
seusai launching program sekolah berbasis internet di SD Negeri 5
Kotagede.
Dengan
demikian, perangkat komputer menjadi kewenangan sekolah untuk menyiapkannya.
Pemanfaatan jaringan menggunakan fasilitas laboratorium komputer di sekolah. Sedangkan,
penyedia jaringan adalah pihak ketiga, yakni PT Jogja Media selaku pemenang
lelang pengadaan.
Mengenai
keamanan akses, Sukadarisman menyebut, pihaknya mengacu Perwal 70/2010 tentang
Internet Sehat dan Aman. Sudah disiapkan sistem khusus untuk menyaring atau memblokir konten-konten yang tidak sehat, termasuk
situs porno. Pemblokiran dilakukan dengan berbasis domain name server atau
DNS.
Dengan
langkah tersebut, Sukadarisman menjamin, konten yang mengandung unsur
pornografi atau perjudian akan langsung terblokir dan tidak bisa diakses.
“Pemblokiran secara otomatis terjadi. Akses tidak akan bisa dilakukan untuk
konten berbahaya, seperti pornografi atau perjudian,” tandasnya.
Sebanyak
60 sekolah berbasis internet yang mendapat bantuan terdiri dari 40 sekolah dasar,
7 SMP, 6 SMA, dan 7 SMK. Bantuan tidak terbatas pada sekolah negeri, tetapi
juga sekolah swasta.
“Kami
memilih sekolah sejak SD karena bagian dari pendidikan dasar. Harapannya,
internet bisa memberikan manfaat sejak pendidikan dasar,” tandas Wali Kota
Yogyakarta Haryadi Suyuti seusai meresmikan Program Sekolah Berbasis Internet. (maha
dewi)
Demikianlah berita yang disiarkan KORAN SINDO YOGYA, Sabtu, 3
Mei 2014. Berita ini bisa menjadi inspirasi buat pengelola SD,
SMP dan SMA di kota lain. Paling tidak agar daerah itu tidak ketinggalan dari
sekolah lain di Indonesia maupun di negara lain, yang sudah lama berusaha
menyediakan berbagai pusat belajar yang berbasis internet.
Bila
di negara kita masih banyak pemerintah daerah yang membangun gedung-gedung
sekolah yang kokoh dengan desain yang apik, negara-negara lain sudah tidak terlalu
berambisi lagi membangun gedung-gedung sekolah yang bagus. Negara-negara itu
lebih tertarik menjadikan internet sebagai sarana belajar tentang pengetahuan
apa saja. Mereka mendorong para siswa agar bisa belajar di mana saja
menggunakan internet. Mereka, bahkan, memfasilitasi warga untuk menggunakan
internet sebagai wahana pendidikan informal dan otodidak.
Pilihan
ini didasari keyakinan bahwa internet akan melahirkan kelompok masyarakat yang
optimis, toleran, dan memiliki komitmen terhadap perubahan. Juga kepercayaan
bahwa pengakses internet merupakan orang yang cerdas, terdidik, eskpresif, dan
partisipatif dalam membangun lingkungan. Semua kualifikasi ini sangat
diperlukan oleh manusia Indonesia masa mendatang, dalam rangka lebih memajukan
Indonesia.
Maka,
berita di atas sangat menguatkan semangat para pendidik dan siswa untuk
menjadikan internet sebagai wahana belajar. Selamat buat Maha Dewi.***
Rejodani, 14 Mei 2014


0 komentar:
Posting Komentar