usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Kamis, 05 November 2015



“Grup perusahaan yang paling banyak membakar hutan.”


Jakarta—Pemerintah berkukuh tidak akan mengungkap korporasi yang diduga membakar lahan dan hutan di Sumatra dan Kalimantan, yang menyebabkan bencana asap berkepanjangan. Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menganggap pengungkapan nama perusahaan akan berdampak terhadap ketenagakerjaan karena bisa jadi pemutusan hubungan kerja.
“Untuk sementara tidak perlu disebut, kita selesaikan dulu pemadaman api,” kata Luhut di depan kantor Bupati Ogan Kemering Ilir, kemarin. “Pelaku sudah diidentifikasi semua dan telah diperiksa.
Greenpeace Indonesia mencatat, dari 12 ribu titik api yang muncul sepanjang 1 Agustus hingga 26 Oktober di Sumatra dan Kalimantan, hampir 40 persennya ditemukan dalam konsesi perkebunan dan penebangan, 20 persen di konsesi bubur kertas, serta 16 persen dalam konsesi kelapa sawit.
Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besar Walhi Nasional, Zenzi Suhadi, menyatakan grup perusahaan yang paling banyak membakar hutan.
Menurut Luhut, semua korporasi ataupun perorangan yang terbukti membakar lahan dan hutan akan dihukum tanpa pandang bulu. Badan reserse Kriminal Polri saat ini tengah menangani empat laporan korporasi yang diduga membakar lahan dan hutan konsesinya. Empat kasus memasuki tahap penyidikan dan satu orang telah ditetapkan sebagai tersangka. Kasus lain ditangani kepolisian daerah. Ada 147 perusahaan dinyatakan terlibat pembakaran lahan.
Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Benny Kabur Herman mendesak pemerintah membuka identitas perusahaan yang terlibat kebakaran hutan dan lahan. Identitas korporasi yang diungkap ke publik diharapkan memunculkan kontrol sosial. “Dengan begitu, ada revolusi manajemen internal perusahaan,” kata dia. Ia khawatir tertutupnya informasi justru memunculkan kecurigaan kongkalikong antara pengusaha dan pejabat.(Hussein Abri/Dewi Suci/Larissa Huda/Parliza Purwanto/Mitra Tarigan/Ursula A Florene).

Demikian berita yang disiarkan oleh Koran Tempo, Jumat, 30 Oktober 2015. Berita yang membuat kita bertanya-tanya, apakah betul pemerintah merahasiakan perusahaan yang membakar hutan karena khawatir akan terjadi pemutus hubungan kerja? Apakah bukan karena ingin menutup-nutupi siapa pemilik perusahaan itu? Bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa pemilik lahan dan pemilik konsesi hutan yang terbakar merupakan orang dekat dengan penguasa sebelumnya dan penguasa sekarang?

Pemerintah akan lebih bijaksana bila berkenan mengungkap rahasia perusahaan pembakar hutan. Rakyat pasti akan mendukung pemerintah. Apalagi seorang anggota DPR sudah mengungkapkan sikap yang sama. Kecuali itu, perusahaan akan menilai bahwa pemerintah memang tegas menghadapi kasus pembakaran lahan dan hutan. 

Masyarakat mengerti bahwa pembakaran lahan dan hutan berlangsung tiap tahun. Mereka juga sadar bahwa tahun ini saja dampak negatifnya begitu massif dan berlangsung sangat lama. Wajar bila mereka ingin melihat perusahaan yang membakar hutan dan lahan itu dipermalukan dan dihukum sebesar-besarnya.

Dari sisi perusahaan, pemiliknya tidak kapok membakar lahan dan hutan karena melihat bahwa pemerintah tidak tegas. Mereka juga mengalami bahwa dengan main kongkalikong dengan pejabat pemerintah, pembakaran lahan dan hutan akan dimaafkan saja. Dengan sikap pemerintah seperti di atas, pemilik perushaan tidak akan kapok. Tahun depan mereka akan membakar lahan dan hutan lagi. Soalnya, pada dasarnya mereka adalah economic animal.***  

Rejodani, 1 November 2015

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.