usaha mendekatkan jurnalisme kepada masyarakat

Minggu, 20 September 2015


 
Populasi pohon di bumi masih cukup banyak.
Deforestasi terus mengancam keberadaan hutan.

Gabriel Wahyu Titiyoga


Bumi memiliki pohon lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hasil pemetaan terbaru tim riset dari Universitas Yale menunjukkan bumi ditumbuhi lebih dari tiga triliun pohon. Perkiraan para peneliti ini hampir delapan kali lipat angka sejumlah estimasi populasi pohon sebelumnya. Masalahnya, jumlah pohon saat ini telah berkurang hampir separuh daripada sebelum peradaban manusia berkembang.
Menggunakan kombinasi citra satelit, data peta hutan, dan teknologi supercomputer, tim peneliti mampu memetakan populasi hutan di seluruh dunia dengan detail hingga satu kilometer persegi. Laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, pecan lalu, adalah hasil studi populasi pohon yang paling lengkap.
Definisi pohon dalam riset ini adalah tanaman dengan diameter batang minimal 10 sentimeter setinggi dada orang dewasa. Jumlah pohon yang didata mencapai 3,04 triliun. Ini setara dengan 422 pohon untuk setiap manusia di bumi. Namun, berdasarkan peta proyeksi dan tutupan hutan milik Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, populasi pohon sebetulnya sudah menyusut 46 persen.
“Pohon adalah organisme paling penting sekaligus rentan di bumi, tapi baru kali ini kita berhasil mengetahui kondisi dan distribusi mereka,” kata pemimpin studi, Thomas Crowther, peneliti dari Yale School of Forestry & Environtmental Studies in New Haven, Connecticut.
Thomas Lovejoy, ahli biologi konservasi dari United Nations Foundation, mengatakan hasil riset itu tidak mengesampingkan laju deforestasi yang tengah terjadi saat ini. “Riset itu tidak menyatakan luas hutan bertambah, hanya menunjukkan ada lebih banyak pohon di dalamnya,” kata Lovejoy seperti ditulis The Washington Post.
Hasil sensus ini bisa menjadi petunjuk distribusi satwa dan tanaman di dunia, efek perubahan iklim, dan bagaimana pohon membentuk lingkungan. Pohon berperan penting dalam siklus karbon global. Hutan menyerap dan menyimpan karbon dioksida melalui proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen.
Crowther mengatakan pohon bisa menyimpan karbon dalam jumlah besar. Hal ini sangat penting dalam perputaran nutrisi, kualitas air dan udara, serta hidup manusia. Namun tak ada yang tahu bagaimana penghitungan populasi pohon harus dimulai.
Riset ini dilakukan setelah kelompok anak muda Plant for the Planet bertanya kepada Crowther tentang jumlah pohon saat ini. Estimasi sebelumnya menyebutkan ada 400 miliar pohon atau sekitar 61 pohon untuk setiap manusia. Tapi data itu hanya didapat dari citra satelit dan estimasi tanpa memasukkan data kehutanan resmi. “Hasil riset ini sungguh mengejutkan karena kita bicara soal triliunan pohon,” kata Crowther seperti ditulis Livescience.
Wilayah dengan populasi pohon terpadat berada di utara Rusia, Skandinavia, dan Amerika Utara. Area dengan pohon terpadat masih ada di wilayah tropis, mencapai 1,39 triliun atau 43 persen dari total populasi pohon dunia. “Informasi ini bisa langsung dipakai berbagai pihak untuk investigasi ilmiah lainnya,”kata Matthew Hansen, pakar kehutanan dari University of Maryland.
Meski masih cukup banyak, populasi pohon sebenarnya terus menyusut. Laporan riset dari World Resource Institute menunjukkan pohon yang menutupi area seluas 18 juta hectare, sekitar dua kali wilayah Portugal, lenyap sepanjang tahun lalu. Jumlah ini sudah menurun dibanding luas hutan yang hilang pada 2013 sebanyak 20,6 juta hektare. Afrika bagian barat menjadi wilayah baru yang kehilangan pohon terbanyak akibat perubahan lahan menjadi perkebunan sawit.
Aktivitas manusia adalah penyebab utama lenyapnya pohon. Deforestasi, perubahan penggunaan lahan, dan kesalahan pengelolaan hutan mengakibatkan 15 juta pohon hilang setiap tahun. “Kita menghabisi nyaris separuh populasi pohon di bumi. Dampaknya sudah terasa pada iklim dan kesehatan manusia,” kata Crowther. “Kita perlu berusaha lebih keras untuk mengembalikan hutan yang sehat di seluruh dunia.” (Nature/Livescience/Sciencedaily/The Guardian)
            Demikian berita yang disiarkan oleh Koran Tempo, 7 September 2015. Berita yang sama sekali membuat kita was-was. Ia menggambarkan betapa kejamnya manusia terhadap hutan. Hutan yang menyimpan berbagai keanekaragaman hayati, yang bisa mencegah banjir, dan yang bisa mengurangi efek rumah kaca sudah berkurang 15 juta pohon per tahun. Apakah ini belum cukup untuk isyarat untuk berhenti menebangi pohon?
          Idealnya, berita di atas menjadi sebuah peringatan buat kita. Ia juga harus bisa menarik kita untuk menyelamatkan hutan di sekitar tempat kita. Ia, bahkan, bisa juga mendidik kita untuk menanam pohon sebanyak yang kita bisa di sekeliling kita. Agaknya inilah yang dihimbau oleh berita di atas.
          Untuk menyelamatkan hutan dan menanam pohon kita tidak perlu menjadi tokoh  lingkungan hidup. Kita cukup punya itikad baik untuk mewariskan bumi ini kepada generasi penerus kita paling tidak sama dengan kondisi bumi yang kita terima dari generasi sebelum kita.***
Rejodani, 19 September 2015 
         

0 komentar:

Posting Komentar

Ana Nadhya Abrar


Namaku Abrar. Konon, aku lahir di Bukittinggi pada 20 Februari 1959. Maka,
pada saat tulisan ini kubuat, aku sudah berumur 55 tahun lebih. Dalam
usia sekian, aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apakah aku
sudah menjadi intelektual di bidang jurnalisme? Namun, aku teringat
indikator intelektualitas yang pernah disampaikan Ashadi Siregar
dalam majalah Balairung, No.3-4, 1987, hal. 10, yakni
memiliki: (i) kesadaran eksistensial tentang diri, (ii) kesadaran
eksistensial tentang profesi, dan (iii) orientasi kemasyarakatan.



Museum Orang Pinggiran

Museum ini menyimpan barang-barang yang pernah dipakai orang pinggiran, karya orang
pinggiran, koleksi orang pinggiran, kisah tentang orang pinggiran, dan ide-ide
orang pinggiran. Melalui museum ini saya ingin mengapresiasi orang-orang
pinggiran dan orang-orang yang terpinggirkan
Diberdayakan oleh Blogger.