Sesungguhnya jurnalisme investigatif
merupakan jenis jurnalisme menurut teknik mengumpulkan fakta. Teknik yang
dipakai untuk mengumpulkan fakta bisa macam-macam, mulai dari wawancara,
observasi, press release sampai
konferensi pers. Tidak jarang keempat teknik itu dipakai sekaligus. Soalnya, ia
memang berniat mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya.
Mengapa jurnalisme investigatif
harus menggunakan berbagai teknik mengumpulkan fakta? Jawabannya tegas: karena
ia ingin mengungkapkan kasus. Tegasnya, jurnalisme investigatif, biasanya,
dipakai untuk memberitakan kasus. Lebih tegas lagi, jurnalisme investigatif
hanya cocok untuk kasus.
Kenyataan ini melahirkan
pertanyaan berikut: apa yang dimaksud dengan kasus? Kasus adalah kejadian yang
memiliki latar belakang dan konteks. Bila dipetakan, di dalam kasus ada tiga
kejadian, yakni kejadian utama yang menjadi fokus, kejadian yang menjadi latar
belakang, dan kejadian yang menjadi konteks. Semua kejadian tersebut harus
terungkap. Hubungan fakta yang terkandung dalam semua kejadian itu perlu
dijelaskan. Jadinya, seorang wartawan butuh berbagai teknik mengumpulkan fakta
untuk memperoleh fakta yang terkandung dalam semua kejadian tersebut.
Bertolak dari kenyataan di
atas, kita pun sadar bahwa sama sekali tidak mudah mempraktikkan jurnalisme investigatif.
Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dalam mengumpulkan fakta demi fakta
tentang kasus. Tidak jarang narasumbernya tidak mau bicara kecuali jati dirinya
tidak diungkapkan. Narasumber seperti ini sering kali disebut narasumber
rahasia. Maka, narasumber rahasia adalah salah satu indikator dalam praktik jurnalisme
investigatif.
Itu sekadar gambaran tentang
jurnalisme investigatif. Ia menghasilkan berita yang mendorong khalayak untuk
memahami sebuah kasus. Ia terang-terangan mengajak khalayak untuk berpikir
secara kritis terhadap sebuah kejadian utama dalam kasus. Tidak jarang ia
menghasilkan sikap yang berbeda dengan yang diharapkan penguasa atau pengusaha
sebagai pihak yang terlibat dalam sebuah kasus itu. Wajar bila khalayak senang
membaca berita yang dihasilkan jurnalisme investigatif.
Semakin banyak wartawan yang
mempraktikkan jurnalisme investigatif, semakin banyak pula kasus yang
terberitakan. Semakin banyak wartawan yang menjadi “tokoh” jurnalisme
investigatif—dalam pengertian doktrin maupun praktik—semakin berkembang
jurnalisme investigatif. Yang terkahir ini adalah harapan kita sebagai peminat
jurnalisme sekaligus khalayak media pers.***
Rejodani, 19
September 2015
0 komentar:
Posting Komentar